Senin, 13 Januari 2014

Mimpi Yang Disadari.

Box chat whatsapp, akhir 2011.

Gue : "Bels, kapan-kapan ke luar negeri yuk!"
Gembel : "Yuk, Jems! Gue pengen overseas nih."
Gue : "Overseas apaan sih, Bels?"
Gembel : "Kerja di luar negeri."
Gue : "Oooh... Yaudah, nggak usah jauh-jauh deh, Bels. Singapur aja dulu, biar kayak orang-orang."
Gembel : "Aamiin..."

---

Stadion Utama Gelora Bung Karno, April 2012
Live friendly match Indonesia vs Inter Milan

Gue : "Aduh, gue makasih yang luar biasa deh buat lo berdua mau nemenin gue kesini. Gue bisa liat Zanetti langsung setelah sekian tahuuuun.."
Galih : "Yoi, kan? Ya walau terpaksa siiih. Apa sih yang engga, Jem, buat lo."
Gembel nggak ngomong apa-apa, cuma mulutnya aja yang dari tadi ngomong merda merda tanpa berbunyi sedikit pun. Maklum, Gembel ini fans Juventus garis keras.

Gue : "Eh eeeeh, foto yuuuuk!"
Akhirnya kita foto bertiga lah disitu. Tapi sayang, hasil fotonya jelek :(
Galih : "Eh, foto kakinya aja deh. Gue pernah nonton di NatGeo Adventure ada orang yang jalan-jalan kemana-mana, tapi dia fotonya cuma kakinya doang di semua tempat. Keren deh."
Kami bertiga pun merapatkan kaki kami dan gue foto dengan latar lapangan hijau GBK.
Gue : "Kalo nanti Arsenal atau Juve ke Indonesia, gue mau kok nemenin kalian nonton kalo kalian minta. Gue seneng banget soalnyaa. Atau malah semoga aja bisa nonton langsung di London atau Turin. Overseas ya nggak, Bels?"
Gembel : "Yoi. Gue mau nonton langsung ke Turin."
Gue : "Yaudah, nanti ke Emirates dulu, terus ke Old Trafford, terus ke Giuseppe Meazza baru deh ke Turin."
Galih dan Gembel : "Aamiiiiiin.."

---

Kostan Desio, Solo, awal 2014

Randy : "Gila! Kurang princess apalagi coba lo, Ay, ampe dianter ke Solo."
Gue : "Yaudah lah yaaa.. Itung-itung jenguk Desio. Empat tahun kuliah nggak pernah disambangin

Awal 2014 ini gue kembali lagi ke Solo buat lanjutin kuliah setelah kemarin libur sekitar satu bulan. Dan yang spesial dari kuliah kali ini adalah gue ke Solo dianter sama temen-temen yang kebetulan ngidam banget mau liburan. Kebetulan, karena Desio sekarang udah jadi penguasa kostan Bu Ida, jadi untuk sementara teman-teman ditampung di sini. Dari lima kamar yang tersedia, terdapat empat kamar kosong untuk dipinjam anak-anak selama dua malam. Maka, inilah kami. Gue, Desio, Randy, Gembel, Pandu, dan Galih yang akhirnya mau ikut setelah kita jemput paksa dari kostan-nya.

Malam ini entah kenapa pembahasan kita lagi menarik dan agak berkualitas. Kita lagi ngebahas free trade regions yang gosipnya bakal diadain tahun 2015, which is itu tahun depan. Terus kita jadi memotivasi diri kita supaya harus lebih baik lagi, soalnya nanti saingan kita bukan cuma orang Indonesia, tapi juga orang-orang ASEAN, India sama China. Pokoknya kita nggak boleh kalah dari mereka! Dan pada akhirnya, obrolan soal perdagangan bebas tadi diakhiri dengan omongan kita yang mulai jenuh, kok hidup gini-gini aja dan disini-sini aja. Dari situ kita cuma asal ngomong kali aja nanti kita bisa keluar negeri, nemu hidup baru.

---
Kamar flat Ayunnisa, medio 2016

"Gue ke London dua minggu lagi, bokap nyokapnya cowok gue mau kesana. Sekalian ketemuan yaaa." ketik gue di box Line dan langsung gue send.
Gue terus lanjut skype-an sama pacar yang kuliah di Birmingham sekalian ngurusin itinerary buat minggu dua minggu lagi. Habis itu gue ketiduran.

---
Besoknya, malam minggu, di dapur flat.

Notification hape gue bunyi. Isinya grup switching.
Anggi : "Jems, lo mau ke London?"
Gue : "Iya, Jek, ibu dua dateng." Ibu dua adalah nama panggilan gue buat mamanya pacar gue.
Anggi : "Ikut dong!"
Gue : "Udah urus visa belum?"
Anggi : "Selow."

---
London, summer 2016.

Rencana perjalanan gue yang awalnya direct Amsterdam-London-Amsterdam sekarang jadi berubah.
Setelah puas dua hari temu kangen sama pacar dan keluarganya, plus anak-anak switching, (ya, sama anak switching) gue pun memutuskan untuk liburan.
Liburan kita kali ini agak ribet, karena ini summer dan bertepatan sama Euro. Dan karena kita nge-plan buat ke Prancis, jadilah kita ikut tumplek di antara manusia-manusia sepakbola itu. Untungnya kita juga suka sepakbola, jadi kita tentunya tetap menikmati euforia itu. Tapi walaupun ribet banget, ternyata emang udah rejeki kita buat liburan kali ini. Simple sih tujuan utama kita kali ini. Kita cuma mau foto di depan stadion-stadion tim kesayangan kita. :')

Tunggu dulu..
Gue harus ngejelasin liburan kali ini. Jadi, dari awalnya tujuan gue adalah menemui orangtua pacar gue yang lagi nengokin pacar gue di London berubah jadi gue ketemu orangtua pacar gue sekalian pacaran terus ketemuan sama Gembel dan Galih ditemenin Anggi yang emang udah mimpi banget ke Emirates plus Pandu yang emang mau ikut plus Sangga yang kangen juga sama temen deketnya, pacar gue.
Pusing kan? Yasudahlah.
Akhirnya, Sangga yang kuliah di Munich nyamperin gue, Anggi, dan Pandu ke Belanda. Dari Amsterdam, kita naik Eurolines ke London. Di London, gue sempet tinggal di flat pacar gue satu malam sebelum akhirnya gue sama pacar gabung di flat Gembel-Galih yang emang share, bareng anak-anak. Awalnya kita cuma mau jalan-jalan di Inggris aja. Cuma di London bahkan. Tapi entah kenapa, kita jadi ke Manchester, foto di depan Old Trafford, stadion tim favorit gue sama Ndau. Terus kita ke Edensor napak tilas Andrea Hirata. Tapi mostly kita habisin sekitar 3 hari di Inggris di London. Cuma foto-foto doang sih kebanyakan, tapi udah bersyukur banget.
Tapi mungkin emang udah rejekinya, besoknya kita lanjut ke Paris yang crowded banget sama orang-orang yang sibuk sama euforia Euro. Kita disitu cuma satu hari, cuma foto-foto doang. Dari Paris kita niatnya mau langsung ke Jerman demi efisiensi. Tapi entah kenapa, waktu itu kita terpacu buat ke Barcelona. Anggi jelas jadi orang yang paling semangat buat kesana. Nah, dari Barcelona kita nekat jebol dompet buat terbang ke Roma, demi mewujudkan cita-cita Gembel buat ke Turin. Di Italia kita juga mampir ke Milan tentunya. Terus kita ke Berlin buat mulangin Sangga sebelum ke Amsterdam buat mulangin gue, Anggi, dan Pandu. Dan terakhir, Gembel, Galih dan pacar gue pulang lagi ke London.
Sebenernya trip kita kali ini nggak mendadak banget sih. Kita emang udah nyiapin visa dan itinerary lain yang dibuttuhin dan tentunya juga uang buat liburan. Yang nggak kita duga adalah kita bisa liburan ke beberapa negara dengan modal nekat dan ngejebol dompet. Tapi namanya hidup, belum tentu kita dikasih kesempatan dua kali, bukan?

Oh ya. Tentang kami yang tiba-tiba bisa ada di Eropa, mungkin inilah jawaban Tuhan akan kata-kata kami. Gue selalu ingat quote-nya Leo Tolstoy, "Tuhan tahu, tapi menunggu." Dan kalo ada yang bilang doa yang tulus justru keluar pada kata-kata main-main, ya mungkin inilah jawabannya.
Gue yang emang pengen banget ke Belanda akhirnya bisa ambil S2 jurusan media disana. Dan ternyata Anggi sama Pandu juga ambil master disana. Sangga, yang awalnya mau ke Berkeley, entah kenapa nyasar ke Berlin. Galih, berhasil dapetin beasiswa ke Inggris sebagai syarat kalau mau macarin pujaan hatinya semasa kuliah di UI. Gembel sendiri bisa ke London karena iseng nge-apply job disini yang seliweran di forum alumni sekolah kita. Jadilah kita kumpul di barat Eropa.

Tuhan tahu, tapi menunggu - Leo Tolstoy


{Ini sebenernya cerita tentang gue gatau mimpi atau gue ngebayangin randomly sekitar habis subuh-an tadi. Di mimpi gue itu sih sebenernya ceritanya lebih nggak jelas. Kayak cuma ngomong-ngomong aja. Tapi disini gue tambahin dikit deh, walaupun masih ngga jelas juga. Yasudahlah yaa, aminin aja. Siapa tau beneran kejadian. :') }

Tidak ada komentar:

Posting Komentar