Senin, 28 November 2016

Pertemuan dengan Kawan Lama


Namanya Selvi, kawan sebangku dulu ketika kelas 8. Rasanya ini jadi pertemuan pertama sejak lulus SMP bertahun silam.
Sebagai teman yang mengenalnya dulu, senang rasanya bisa ngeliat Selvi yang sekarang.

Rabu, 23 November 2016

A Head Full of Dreams



Belakangan, isi timeline social media gue penuh sama orang-orang yang riweuh sama konser Asia-nya Coldplay. Gue sendiri juga termasuk salah satu dari fans band asal Inggris ini, dan termasuk dari bagian orang-orang yang riweuh juga pengen nonton konser-nya di Singapur. :p

Persis kayak judul lagu, album, dan tema konser Coldplay tahun ini, A Head Full of Dreams. DDi kepala gue juga penuh sama mimpi-mimpi, dan bisa nonton Coldplay secara langsung adalah satu dari dreams gue itu tadi. Gue emang bukan yang freak abis atau gimana, tapi ada di tengah-tengah konser Coldplay adalah sesuatu yang jadi goals di hidup gue :")

Sayangnya, nonton Coldplay adalah satu dari sekian banyak dreams yang justru bertentangan sama bokap gue. Sedih rasanya ketika banyak mimpi-mimpi gue yang justru nggak align sama keinginan bokap gue, karena gue sendiri tau, akan ada satu pihak yang nggak happy dengan apa pun keputusan yang gue ambil, either gue atau bokap gue.
Semakin dewasa, gue sendiri mulai melunak dan nggak se-batu dulu lagi. Gue mulai mengerti sifat bokap gue, dan mulai memikirkan apa yang dia mau, kemungkinan bahwa pilihan gue juga beresiko dan kemungkinan bahwa pilihan dia mungkin ada benarnya. Selain itu, gue udah mulai nggak tega karena bokap gue udah semakin tua, gue nggak mau dia mikirin gue berlebihan, atau kemungkinan gue ngecewain dia.

Berkompromi sendiri pada akhirnya adalah sesuatu yang akan kita lakukan seiring semakin dewasanya diri ini. Semua pilihan dan kemungkinan pasti akan diputuskan dengan lebih bijak. Hal-hal yang mungkin bisa merugikan atau mengecewakan orang lain mungkin bakal dikurangi. Bukan cuma ngerugiin dan ngecewain orang lain sih, tapi juga ngerugiin dan ngecewain diri sendiri. Sayangnya, justru itu yang berat.

Pada akhirnya memang, kita sendiri harus lebih ksatria dalam hidup. Bisa menerima hal-hal yang kita mau atau nggak mau, bisa menerima kita bener atau salah, dan lain-lain, termasuk mengejar mimpi. Yang namanya mimpi nggak ada yang kecil, semua mimpi dan harapan itu pasti besar dan bahkan untuk beberapa hal yang keliatannya nggak mungkin. Dan semua orang, pasti mau menggapai mimpinya masing-masing. Sayang nggak semua mimpi memang harus berujung ke kenyataan, ada sebagian yang harus dikubur. Tapi selama mimpi itu gratis, nggak ada salahnya buat kita bermimpi.

Tugas kita hanya untuk bisa berkompromi dan bernegosiasi. Dengan Tuhan, takdir, orang tua, lingkungan, dan bahkan dengan diri sendiri. Untuk merealisasikan mimpi-mimpi itu tadi.

Sampai detik ini, masih banyak mimpi gue yang belum bisa direalisasiin, dan kalo untuk gue pribadi, faktor orangtua adalah ganjalan terbesar. Dan ini adalah hal yang paling susah buat gue kompromiin. Ngebahagiain orangtua adalah juga satu dari sekian dreams gue, dan mungkin yang paling utama saat ini. Mungkin masih banyak yang harus gue pelajari untuk bisa berkompromi dan bernegosiasi sama orangtua terutama bokap, biar apapun keputusan yang gue ambil dalam hidup ini bisa ngebahagiain dua belah pihak, baik gue sendiri ataupun orangtua gue.

Jadi, karena untuk saat ini gue yakin bokap nggak akan ngizinin gue nonton Coldplay April ini di Singapur, gue masih bisa ngalah walaupun gue mampu dan berani buat ke Singapur nonton itu. Tapi suatu saat nanti gue yakin, gue bisa nonton Coldplay, di mana pun. Dan gue yakin Allah pasti menjawab mimpi ini dengan keadaan yang lebih baik dari sekarang.
Nonton bareng pasangan, misalnya.
:))))))))))))))))

Minggu, 20 November 2016

Bosan

Dulu ketika bosan saya biasa memancing teman saya untuk menulis satu dua kata, kemudian secara bergantian kami akan menulis kata-kata itu dan merangkainya menjadi satu puisi.

Sekarang ketika bosan, yang bisa saya lakukan hanya mengetik di blog ini, entah katanya terangkai dengan baik atau tidak yang penting saya menulis.

Danilla Riyadi - Senja Di Ambang Pilu

https://www.youtube.com/watch?v=NkJ4LshKdhw

Lagu & syair oleh Lafa Pratomo

Bertegur sapa di kala senja
Memerah meredam nyala surya
Dengan dia yang mencuat di batas kalbu
Memeluk hatiku yang dibelai rindu

Tak berdaya kuberada
Di ambang pilu
Ku tenggelam ke alam sepi
Ku ditelan sunyi memikirkanmu
(merindukanmu)

Mendamba masa untuk bersua
Dengan dia yang melintas di malam syahdu
Melepas semua curah rasa
Menghempas beban dan nestapa
Terikat dalam kedamaian
Kala dua insan yang sedang terlena

Mengenal firasat tersimpan pada manusia
Tersirat buaian keresahan takkan melayang

Bertemu

Kita bertemu.

Di hadapmu, aku membatu

Di hadapku, kamu berlalu

Duhai, masa lalu

Sabtu, 19 November 2016

Menjadi Baik

Kalau lo adalah perempuan, bukan suatu hal yang sulit rasanya buat bisa mengidentifikasikan perempuan (lain) yang lagi jatuh cinta.
Perempuan yang lagi jatuh cinta itu gampang banget diliat sama (sayangnya, bukan sama si laki-laki yang dia suka itu) perempuan lain di sekitarnya.

Gue punya seorang temen perempuan, sebut aja namanya Mia. Belakangan ini, gue bisa dengan sangat jelas ngeliat dan ngejudge kalo Mia ini lagi jatuh cinta. Those blushing cheeks, those excitements, and so on. I just can tell that she is really into someone.
Dan kebetulan, gue tau siapa orang yang dia taksir ini. Gue kenal sama cowok yang Mia suka, nggak kenal baik, tapi cukup tau untuk ngerti tipe orang yang kayak gimana si cowok ini.

Kalo boleh jujur, sebenernya juga gue suka sama si cowok ini. Entah suka yang kayak gimana, yang jelas memang si cowok ini admiring. Cowok ini memang pribadi yang baik dan menyenangkan, yang bisa bikin semua orang baik cowok ataupun cewek falling into him gitu. Tapi dalam kasus ini, Mia jelas lebih dari sekedar admiring si cowok ini. Dia naksir.

Salah satu indikator yang bikin gue yakin kalo Mia naksir sama si cowo ini adalah ketika gue mulai ngeliat perubahan-perubahan di diri Mia. Terutama dalam hal agama. Si cowok ini, emang terkenal punya sisi agamis yang bagus, jadi wajar ketika perubahan pertama yang menurut gue paling keliatan dari diri Mia adalah dari sisi agama.
Mia, yang tadinya jarang beribadah jadi sering beribadah.
Dan gue pribadi justru seneng ngeliat itu.

Gue sendiri pernah ada di posisi nya Mia. Gue rasa emang gue tipe orang yang gampang terpengaruh sama orang lain. Karena gue naksir sama seorang cowo yang baik dan agamis, gue jadi ikut-ikutan jadi baik dan agamis.
Sempet sih, kepikiran kalo apa yang gue lakuin itu salah, dan itu kepikiran lagi ketika gue sadar perubahan Mia. I mean, pasti akan ada suara-suara yang bilang kalo niat lo salah, karena lo menjadi baik (mungkin aja) cuma biar terlihat baik di mata doi, bukan di mata Tuhan.

Tapiii, entah kenapa kemudian gue berpikir. Rasanya nggak salah juga sih kalo Mia berubah menjadi baik demi si cowok itu. Toh, kalo memang pada akhirnya 'baik'-nya itu seterusnya dan nggak cuma sebatas 'di cowok itu', gue rasa cowok itu malah bisa jadi media Tuhan buat 'memperbaiki' Mia.

Buat gue pribadi, memang indah keliatannya ketika cowok yang gue suka dan kemudian jadi pasangan gue adalah cowok yang baik, dengan kualitas pribadi yang baik juga. Terlebih yang bisa ngebimbing gue ke arah yang lebih baik. Yang bisa jadi support system buat satu sama lain, yang sama-sama punya tujuan yang baik juga.
Jadi, buat Mia, kalo emang cowok itu bisa bikin lo jadi lebih baik, cobalah untuk ambil semua yang baik-baik dari cowok itu. Dan buat si cowok, you are really a good guy, semoga apapun yang lo lakukan juga bisa berdampak baik, bukan cuma buat diri lo sendiri tapi juga orang banyak. :)

Rabu, 16 November 2016

RAN - Salamku Untuk Kekasihmu Yang Baru feat. Kahitna (Official Lyric Vi...






Candu baru yang terus-terusan diputer di kantor. Nadanya gampang diinget, liriknya ngaco kalo kata temen gue karena 'true story' jadinya bikin pengen denger lagi dan lagi. Alhamdulillah sukses buat ngeracunin beberapa orang buat denger lagu ini :D

Selasa, 15 November 2016

Such a Heavenly View

Nanti, ketika saya punya pasangan, saya dan pasangan saya itu akan pergi ke suatu tempat, entah gunung, pantai, atau gurun seperti di foto ini. Kami akan ngobrol sepanjang malam, atau pagi mungkin ketika sunrise menjelang, membicarakan segala hal yang mungkin untuk dibicarakan. Masa depan, mimpi-mimpi, hal yang kami sesali pernah terlewati, atau mungkin tentang remeh-temeh yang keluar begitu saja dari kepala kami.
Kemudian, akan ada freezing moment. Ketika ia menatap lurus pemandangan di depan atau menatap bintang-bintang di langit malam. Lalu saya akan menatap dia, dan akan menyimpan sebanyak mungkin memori kala itu, menyimpannya di otak saya. Saya akan tersenyum dan bersyukur karena saya bertemu dengannya, memilikinya, dan akan menghadapi masa depan bersama dengannya.
Lalu lagu Coldplay ini dan lirik ini akan terputar di kepala saya,
                  "such a heavenly view~"