Selasa, 13 November 2012

partner saya, teman terbaik saya. ;)


Tommy Bekti Pratama,

....................

Banyak yang ingin tertulis tentang kamu.
Tapi sudahlah.
Cerita kita, rasa kita, tujuan kita, dan mimpi kita, sudah kita pahami masing-masing tanpa perlu kita bicarakan berulang-ulang.

Tommy Bekti Pratama,
Mari kita mulai semuanya bersama.
Bismillah...

 

Selasa, 06 November 2012

Jatuh Cinta itu Biasa Saja (?)


Ketika Jatuh Cinta Menjadi Biasa Saja

Saya lupa kapan pertama kali saya mendengar lagu ini. Sekitar tiga atau empat tahun lalu, kalau tidak salah. Ketika itu, lagu itu belum begitu berpengaruh untuk saya pribadi. Belakangan, ketika saya sudah menjadi mahasiswa, dan saya masih saja belum punya 'teman', saya jadi tertarik dengan lagu itu.

Sepanjang yang saya tahu, lagu itu merupakan sindiran bagi lagu-lagu cinta yang banyak dibuat musisi Indonesia. Di lagu itu, isinya tentang seseorang yang mencinta tanpa berlebih, tapi dia tulus mencinta.

Semakin saya dengar, semakin saya terpengaruh akan lagu itu. Saya nggak mau berlebihan jika mencintai seseorang. Saya hanya ingin merasa memiliki tanggungjawab lebih kepada orang itu, dibanding tanggungjawab saya terhadap orang lain. Begitu kasarnya.

Seringkali, ketika ngobrol dengan teman, kami sering nyeletuk ketika mendengar lagu ini, "Gila, gue banget!". Seakan-akan lagu ini, menggambarkan prinsip kami saat mencinta. Nggak bisa dipungkiri, kami memang sangat ingin seperti itu, jangankan ketika nanti menikah, minimal ketika kami punya pacar, maunya sih persis kayak di lagu itu.

Tapi, masalah sebenarnya, memang akan muncul ketika kita dipertemukan dengan orang yang kemudian kita rubah statusnya menjadi pasangan kita. Kita lupa prinsip-prinsip kita. Kita lupa dulu kita mau seperti apa. Kita lupa kalau kita mau bertindak wajar.

Seringkali kita sadari, bahwa bertemu orang spesial itu juga merupakan ujian bagi kita. Yaaa, minimal ujian mengalahkan ego pribadi dan menerima pikiran orang lain. Ketika bertemu orang itu, lagu itu seringkali menguap. Kita masih hafal lirik lagu itu, tapi otak kita menguapkan makna yang terkandung di dalamnya. Jalan menjadi gelap, dan kita tersesat.

Coba hitung berapa tindakan bodoh yang kita lakukan? Banyak, tanpa pernah kita sadari. Logika normal kita seringkali kalah oleh rasa. Dan kita tidak pernah berpikir dua kali untuk membaliknya. Analoginya sama dengan ketika waktu kecil kita berlaku bodoh atau berpenampilan aneh, yang kemudian ketika kita semakin dewasa, hal-hal tersebut hanya akan menjadi bahan lelucon pribadi kita.

Kita, saya rasa sudah bukan lagi remaja tanggung di masa keemasannya. Kita sudah dihadapkan oleh beberapa tanggung jawab lebih yang kelak menentukan pribadi dan hidup kita. Maka itu, bodoh karena cinta saya rasa bisa menjadi dosa bagi kita.

Dengan huruf-huruf yang tersusun dari awal tulisan ini, bukan berarti saya merasa bahwa saya sudah mengamalkan isi lagu tersebut dengan baik. Justru isi tulisan ini berangkat dari saya yang merasa telah melakukan dosa-dosa yang saya sebut sebelumnya. Tapi ternyata saya sadar, beberapa dari teman saya kemungkinan juga melakukan dosa serupa.

Mencinta mungkin merupakan hal baru yang kita temui belakangan. Dan semakin kita bercermin pada orang-orang yang lebih dewasa, kita semakin sadar bahwa semua itu sebenarnya biasa saja. Bahwa sebenarnya setiap cinta punya tujuan utamanya. Jamak terdengar orang-orang yang di kemudian hari mencintai orang yang dulu dibencinya, atau sebaliknya. Banyak cerita yang menyertai kata cinta. Tapi akhirnya, kita tidak pernah menebak seperti apa. Akhirnya tidak pernah bisa kita duga, karena Tuhan punya jalan ceritanya sendiri, yang sudah sekian tahun lalu, saat kita bahkan belum bisa melihat dunia, sudah Ia tuliskan untuk kita.

Ingat, kita belum apa-apa. Kita bahkan baru berangkat. Kita bebas untuk memilih, kita bebas untuk bertindak. Tapi tentu kita tidak pernah ingin untuk menyesali apapun yang kita pilih. Kesalahan, kejatuhan, dan kawan-kawannya memang diciptakan untuk kita belajar. Tapi, toh kita juga bebas untuk memilih bahan pembelajaran kita.

*ditulis dengan lagu Efek Rumah Kaca, Jatuh Cinta itu Biasa Saja yang terus terputar secara otomatis di kepala

*untuk seorang kawan yang saya anggap dan saya perlakukan seperti adik saya sendiri, "Kamu tidak sebodoh ini. Belajarlah dari ini semua. Kelak kita akan tertawa karenanya, dengan cara yang positif tentunya."