Sabtu, 25 Februari 2017

Keluarga

Saya jarang bercerita tentang keluarga saya pada siapa pun.
Entah kenapa.

Minggu, 19 Februari 2017

Sabtu, 18 Februari 2017

Kunto Aji - Sementara (Cover Float) | Urban Gigs 2016





Hai,



ini norak sih. Tapi gue beneran pengen nonton ini bareng sama lo.

Because I know we love this song so much, and we used to sing it together.

Hari ini gue scrolling youtube cover lagu ini, dan nemu beberapa yang bagus banget salah satunya versinya Kunto Aji ini, lagunya jadi lebih ngeband dan lebih enak buat dipake sing along.

Kapan-kapan nonton bareng, yuk!

Kamu Bukan Siapa-siapa

kamu bukan siapa siapa.

kamu hanya orang yang tau segala rahasianya.

tapi kamu bukan siapa siapa.

kamu hanya orang yang memberi suport kepadanya setiap hari saat dia sedih, saat dia merasa jatuh, dan saat dia sakit.

tapi kamu bukan siapa siapa.

kamu hanya orang yg merasa bahagia disaat dia bahagia, merasa sedih disaat dia sedih.

tapi kamu bukan siapa siapa.

kamu hanya orang yang selalu ada saat dia membutuhkanmu.

tapi kamu bukan siapa siapa.

kamu hanya orang yang selalu menyebut namanya dalam doa.

tapi ingat,

kamu bukan siapa siapanya.



Ps: ini puisinya Ayas :D

Selasa, 14 Februari 2017

【TVPP】Ailee - Stand Up For Love, 에일리 - Stand Up For Love @ Beautiful Con...





Ailee is one of the best Korean singer that I know. Well, cuma tau dia doang sih, tapi njir suaranya emang bagus dan gue suka banget. Dan her english is so good since she's an American. Daebak, Ailee!

Minggu, 12 Februari 2017

Bapak

Tadi, aku duduk di sebelah Bapak yang terbaring di kasur IGD Rumah Sakit.
Sambil memalingkan wajah aku menangis.
Bapak jelas melihat itu.
Sekilas ada gerakan tangannya ingin menyentuhku.
Lalu ia mengajak berbicara, yang ringan saja, bertanya Adik kemana.
Ku jawab biasa.
Tak lagi bisa ku sembunyikan mataku yang basah.
Aku membiarkannya, agar Bapak juga tahu aku takut ia kenapa-kenapa.
Sedih rasanya melihat Bapak terbaring lemah.
Bapak yang hampir seperempat abad ini ku lihat kuat dan gagah.
Yang menganggap bahwa sakit dan menangis adalah hal yang memalukan.
Maka dari itu, tak pernah sekalipun aku berencana mengurai tangis di hadapnya.
Tapi kali ini beda.
Bapak sedang sakit, dan aku tak tega melihatnya.
Cepat sembuh, Pak.
Syafakallah.
Semoga sakit ini menjadi penggugur dosa.
Aamiin Allahuma aamiin

Rumah Sakit

Rumah sakit sejatinya adalah tempat menangis dan bermunajat paling sempurna
Mengharap Tuhan memberi derma
Bukti jika manusia tiada daya

Sabtu, 11 Februari 2017

Andai Aku Besar Nanti







Gara-gara seharian ini baca wordpress temen SD yang namanya Dinda, gue jadi dengerin lagu-lagu Sherina di album masa kecilnya dia. Dan gara-gara dengerin lagu-lagu itu, jadi bring back memories banget, di mana dulu Sherina tuh jadi role model banget buat anak-anak cewe usia SD/SMP.



Sherina tuh panutan. Dan gue pernah berjanji sama diri gue sendiri, nanti ketika gue punya anak, gue pengen lagu-lagunya jadi lullaby buat anak gue, dan jadi referensi musik ketika dia masih piyik dan belum kenal kata cinta.



Gue yakin, bukan cuma gue yang berpikiran kayak gitu, tapi juga banyak perempuan seusia gue di luar sana. Jadi, semoga lagu-lagu Sherina bisa jadi everlasting love song buat perempuan-perempuan Indonesia.

Jumat, 10 Februari 2017

Kala Hujan Hari Itu

Jika kebanyakan orang ingin hujan berhenti, tidak dengan saya.
Saya lebih suka ketika hujan dan kita terjebak kemacetan jalanan.
Mengerut kedinginan akan AC mobil yang menyala
Lalu sambil bercengkrama dan sesekali menatap ke jendela,
kita bersenandung mendengarkan lagu India Arie yang sama-sama kita suka.

Sungguh saya suka hujan.

Senin, 06 Februari 2017

72 days

I was so scared to death. Aku nggak akan ngeliat dia lagi nanti. But nothing better than having her smile after missing it for 72 days.

She was in comma. She got hit by a motorbike, and I hate that bastard for almost loosing my love.

You know what, 72 days, equal to me missing my boyfriend's love. I lost it to another girl. I hate that bastard as well.

Kereta Pagi Ini, Lagu Intuisi, dan Suasana Hati

Jadi tadi pagi, seperti biasanya gue naik kereta menuju kantor. Ternyata, kereta pagi ini tuh lagi bermasalah dan ngantri banget buat masuk Stasiun Manggarai. Pas gue sampe stasiun Jatinegara, ternyata di jalur sebelah jalur kereta gue ada kereta sebelumnya yang berangkat sebelum kereta gue. Karena tau kereta itu bakal jalan duluan, gue akhirnya berniat pindah ke kereta itu.
Tapiiiiii,sedih banget karena orang-orang di kereta itu ga ngizinin gue buat masuk ke kereta itu karena udah padet banget. Oke, karena gue ga bisa masuk, gue balik lagi ke kereta gue sebelumnya, dan karena gue udah malu buat balik ke gerbong sebelumnya (well, gerbong ini tuh enak banget sebenernya, lega dan kosong), gue jadi jalan lagi buat nyari gerbong lain. Sampe akhirnya gue nemu gerbong yang lain yang ternyata penuh dan ga senyaman gerbong sebelumnya.

Randomly, malem ini gue terlalu banyak dengerin lagu Yura Yunita yang Intuisi. Akibatnya jelas, gue baper.
Gue jadi menganalogikan suasana hati gue sama situasi KRL gue tadi pagi.

Gue udah berhasil buat cabut dari gerbong gue yang lama dan nyaman tadi buat ke kereta baru yang jalan lebih dulu. Sayang, 'kereta' itu udah 'terisi' penuh, sehingga gue ga bisa buat naik kereta itu lagi.
Well, lemme tell you yak. Sebenernya bisa aja gue naik kereta itu. Masih ada beberapa space kosong buat gue isi. Tapi 'orang-orang' dalam kereta itu cuma diem aja, ga 'ngasih tau' dan ngajak gue buat masuk ke kereta itu. Dan gue tipe orang yang tau diri. Ketika tau kalo 'kereta' itu udah keisi, gue cabut. Ngebiarin 'kereta' itu jalan duluan beserta 'isinya'.

Dan gue, yang udah terlalu malu untuk balik ke 'gerbong lama' tadi, memilih buat nyari 'gerbong' lain, walau gue tau 'gerbong lama' tadi masih mau nerima gue dan memberi gue kenyamanan lebih dari 'gerbong-gerbong' selanjutnya.

Akhirnya gue nemu dan naik ke 'gerbong baru'. Jelas nggak senyaman 'gerbong lama', dia lebih sesak tapi masih ngasih gue space yang cukup dan nyaman. Dan jelas, 'gerbong baru' ini jauh lebih nyaman dan manusiawi dibanding dengan 'kereta kedua' yang penuh minta ampun.
Walau begitu gue sadar, 'gerbong baru' ini mau nerima gue, walau dia ga senyaman 'gerbong lama'. Toh pada akhirnya, gue juga sadar, gue butuh 'gerbong baru' ini, walau dia jalan setelah 'kereta kedua', dia akan tetap memenuhi kebutuhan gue dengan mengantar gue ke tujuan gue.

Ngerti ga sih?
Engga?
Yaudah, gausah dingertiin.

Fear

Ay, sebenernya lo pengen cowok yang kayak gimana, sih?

Simply, he loves me. Umm.. And of course my family.

Why?

Karena he knows what to do when he loves me. He understands me. He won't hurt me. Would you hurt the one that you love? No, rite? That's it. I don't want to be hurt anymore.

You haven't even move on from your past, Ay.

I moved. This pain turned into fear. A fear that he/she doesn't love you back when you deeply in love with him/her. And it's haunting me.

Senja

Kita melukis senja yang sama
Menggurat rona jingga
Yang kepadanya kita bercerita
Tentang angan dan cita-cita
Serta harapan di kala tua
Tapi kini senja kita berbeda
Bukan lagi di barat, tapi di utara
Tak ada lagi asa
Hanya kisah yang sia-sia

Rabu, 01 Februari 2017

(Bukan) Persahabatan Dudung Maman

Judul diatas emang agak gue mirip-miripin sama judul lagunya Cangcuters yang menurut gue sweet elegan gitu.
Iya. Persahabatan Dudung-Maman emang sweet, soalnya tak pernah lekang oleh zaman.
Iya, persahabatan tuh suppose to be sweet. Kalo bisa nggak lekang oleh zaman.
Tapi menurut gue, ga semua persahabatan harus se-sweet itu. Dan ada kalanya persahabatan itu bisa kalah sama zaman.


Beberapa dari kita gue rasa pernah ngerasain masa-masa labil jaman SMP. Dan beberapa dari kita juga pernah ngerasain yang namanya ‘sahabatan’ sama temen yang berlawanan jenis sama kita.

Waktu gue SMP, yang gue rasa sebagai masa paling labil dalam hidup gue, gue juga sempet pernah berteman dekat sama seorang temen cowok. Yaa bisa dibilang seorang sih, walaupun emang temen gue waktu itu (hampir) cowok semua. Tapi ada beberapa hal yg beda yang berjalan diantara kita dibanding antara gue dan temen lain.

Hal yang beda disini yang paling gampang gue contohin misalnya curhat-curhatan. Curhatan gue ke dia mungkin lebih pribadi dibanding curhatan ke temen lain.

Selain dari curhatan itu, kita juga punya panggilan 'sayang’ diantara kita. Kita saling manggil 'nyet’ gitu.
Yaaaa ala-ala jaman dulu lah.


Sesuatu yang kayak gitu mungkin banyak dialamin sama sebagian dari kita.

Nah, mungkin karena saking banyaknya yang kayak gitu, maka muncul lah anggapan-anggapan yang bilang kalo yang namanya persahabatan cewek-cowok itu bullshit, karena ujung-ujungnya bakal jadian.

Gue jadi agak-agak gimanaaaa gitu sama anggapan-anggapan kayak gini.

Antara setuju nggak setuju sih.

Setuju, karena sebagian mungkin emang berakhir kayak gitu.

Nggak setuju, karena gue nggak kayak gitu.


Tapi semakin gue gede, gue rasa gue semakin berubah.

Gue mulai mengubah pemahaman gue soal persahabatan.

Sampai pada suatu waktu, ada dosen yang nanya, “di kelas ini siapa yang nggak punya sahabat?”, gue doang yang nunjuk tangan.


Semakin gue mengerti, semakin gue ngerasa gue belum punya sahabat. Bukan berarti gue ga bersyukur sama temen-temen yang gue punya. Tapi gue ngerasa kalo istilah sahabat itu harusnya bersifat sakral dan ga sembarangan di labelin ke banyak orang. Ada banyak hal yang perlu kita laluin bareng buat merasa ya, dia sahabat gue. Tapi hal-hal itu juga bukan sembarang hal. Hal-hal yang gue laluin sama dia itu tentunya harus hal-hal yang agak sentimentil dan berkesan buat gue.

Emang lebay sih. Tapi wajar menurut gue karena pandangan sahabat itu sakral.


Bicara soal persahabatan cewek-cowok ini menurut gue agak ribet. Semua punya pandangan masing-masing soal hal ini.

Tapi menurut gue kita selalu punya batasan dalam hal apapun.

Itulah yang gue sebut persahabatan ga harus se-sweet itu, dan bisa kalah sama zaman.

Persahabatan model begini emang kemungkinan berakhir di dua ujung. Berujung jadi sweet, atau malah kalah sama zaman/waktu.

Berakhir jadi sweet manakala lo dan sahabat lo itu berakhir menjadi pasangan. Lalu berujung kalah dari waktu manakala lo dan sahabat lo harus berangsur-angsur menjauh ketika semakin waktu lo semakin sibuk dengan hidup lo sendiri.


Gue ga akan ngomongin persahabatan yang berakhir jadi pasangan, karena yaudah stop disitu.

Gue tertarik ngebahas persahabatan yang semakin lama akan semakin 'habis’.

Gue sama temen deket gue yang gue panggil Nyet itu awalnya deket banget. Kira-kira waktu kita kelas 2 SMP lah. Tapi kemudian kita kalah sama waktu. Kita lebih sibuk sama hidup kita masing-masing dan orang-orang baru di hidup kita. Kita juga akuin hal itu. Dan kita juga akuin kita bukan sahabat (lagi). Lepas dari Nyet ini, gue belum tertarik untuk berteman dekat hanya dengan satu orang.


Ketemu orang baru menurut gue bisa jadi faktor utama kita nggak lagi bersahabat.

Ketemu orang baru ini bisa jadi ketemu sahabat baru atau malah pasangan hidup.


Gue sering nemu beberapa sahabat yang kemudian harus berhenti bersahabat karena pasangannya.

Rasa cemburu jelas jadi faktor utama.

Tapi gue rasa hal ini tuh hal yang wajar kalo sampe pasangan lo sempet cemburu sama sahabat lo.

Apalagi kalo lo sahabatannya agak kurang wajar yaa. Kayak misalnya sayang-sayangan, atau ngasih perhatian lebih, sampe ngelebihin perlakuan ke pasangan sendiri.

Terkait hal ini, gue bahkan pernah baca sesuatu yang menarik. “sahabat pacar lo adalah orang yang harus paling lo waspadai”. Eh tapi ini sahabat lawan jenis yaa.


Nah, semakin kita gede tentunya ada hal-hal yang perlu tinggalin kan. Karena kita akan semakin dewasa. Pola hidup kita akan semakin mengerucut dari punya banyak temen, punya sahabat, punya pasangan, sampe akhirnya ketika lo mati lo akan sendirian.


Gue sering mengandai-andai, gimana nanti gue sama temen-temen gue. Apa gue bakal tetep sama kayak sekarang?

Gue ngerasa ya, masa-masa keemasan sahabat cewek-cowok itu udah seharusnya dikurangin.

Ga bisa kita kayak jaman SMP lagi, dimana hal itu keren banget pada masanya.

Kita akan punya pasangan, begitu juga sahabat kita.

Sebagai sahabat yang baik, tentu kita harus menghargai satu sama lain. Termasuk ngehargain pasangan masing-masing.

Bukan harus berhenti sama sekali.

Tapi harus lebih pengertian, bahwa kondisi kita udah ga sama kayak dulu.

Beberapa hal yang kita lakuin mungkin akan ditanggapi secara berbeda sama 'teman’ sahabat kita itu.


Persahabatan yang pernah kita laluin mungkin emang sweet banget. Tapi lo juga harus tau diri, kapan lo harus mundur dari hal-hal kayak gitu. Kalo memang lo ga bisa mundur, lo dan pasangan lo tentunya harus punya kesepakatan akan bagaimana seharusnya persahabatan yang 'benar’ itu.


Kalo buat gue pribadi, sahabatan yang isinya cuma dua orang dan beda gender kayak gitu tuh udah ga lucu lagi sih.

Care boleh, tapi untuk rasa sayang…

Umm.. Gimana ya? Hhaha agak susah definisinya.

Yang pasti harus saling menghargai pasangan masing-masing deh.


Piss!

untitled

Jaman sekarang, kebaikan orang lain hanyalah sebuah keberuntungan. Jangan pernah harapkan itu. Lebih baik kamu baik pada dirimu sendiri. Setidaknya, kamu tidak akan pernah menipu dirimu sendiri.

Cerita Tentang Sitia

Random kali ini adalah tentang Sitia. Gue barusan ngirim whatsapp message ke dia which I stated that, 'kalo gue cowok kayaknya gue bakal naksir lo deh!'
Yes, it sounds creepy yet awkward. Terus Sitia nanya, 'why?', gue bilang gue juga ga ngerti kenapa, simply just because menurut gue dia cewe indie dan gue suka orang-orang indie karena mereka tuh ga ribet.
Terus dia bilang, 'Ay... regardless my gender Ay, I like you too. And that's probably why we still be friend to each other.'
Bener juga sih, sekarang pun, regardless my gender I like her. We actually have been through thick and thin in our teens. She's one of my best girl friends whom I only have a few.
Kalo diinget-inget dari jaman kelas satu SMA, Sitia itu banyak kontranya sama gue. We often argue. But still, she's my 'transmisi' to my 'switching' (pardon, local talk). We just click in our own way.
I sometimes envy her. She is way better than me in many ways. But as a friend, I also grateful for what she achieved so far. She deserves it.
She's the one who asked me an apology for not being able to made me 'a better person', yet I know, I am the one who actually need to sorry to her since I still cannot be a better friend of her. After all this time.
Teman yang baik, teman dunia akhirat. Semoga segera ya, Sit.
Salam rindu,
Dea Ananda.
*ini ga geuleuh sama sekali*
*ini sincere*

Mencintaimu

Mencintaimu kini menjadi tidak menarik, sebab aku melihat matamu berfokus ke lain titik.

Aku hanya tak ingin memaksa, jika yang terbaik justru dengan mengurai rasa.

Karena cinta yang indah memang cinta yang berbalas. Tapi jika tidak, untuk apa aku memelas.

Kucukupkan sampai di sini, dan tiba saat untuk ku pergi.

Cikini, di awal Februari.