Jumat, 10 Januari 2014

Jangan Gitu, Pliis :(

Aku tau kamu bermasalah dengan hal itu belakangan ini.
Dari ceritamu, kalau aku nggak salah menyimpulkan, itu juga salah satu penyebab kamu pergi darinya.
Tapi tolong.
Sebegitunyakah?
Sampai tanpa sadar kamu tanya berulang-ulang.
Mungkin yang kamu lihat saat ini, aku yang ‘nyaman’.
Aku yang keluar-masuk mall.
Aku yang duduk nyaman di mobil, sementara yang lain berdesakan di bis.
Aku yang makan enak, tanpa khawatir uangku menipis.
Aku akui, ya.
Aku yang kamu lihat sekarang sedang dalam posisi nyaman. Kamu nggak pernah liat aku di luar posisi ini.
Tapi bukan berarti kamu bisa meremehkan aku.
Aku risih.
Setiap kali kamu tanya hal itu.
‘Gimana kalo ternyata nanti hidup lo ga sesuai sama yang lo mau?’
‘Gimana kalo ternyata suami lo ga bisa ngasih lo hidup enak?’
‘Kalo gue ga punya mobil, lo masih mau sama gue ga?’
Aku ngga bisa muna, mendambakan kemapanan
Aku ngga bisa muna, mau hidup enak
Tapi bukan itu tujuanku.
Aku bahkan malu kalau ternyata itu yang menjadi tujuanku.
Aku malu pada ibuku.
Dengan mahar sebesar sepuluh ribu rupiah, ia setia pada ayahku selama 21 tahun ini hidup bersamanya.
Aku sebagai yang tertua, yang lebih lama menjadi saksi atas rumah ini dibanding adik-adikku.
Dan dari situ, aku malu kalau ternyata harta adalah motif hidupku.
Aku tau, saat ini aku cukup.
Aku tak pernah merasa kurang.
Pun tak merasa lebih.
Atas nikmat materi ini.
Satu yang belum ku nikmati,
Nikmat iman.
Itu yang aku cari.
Aku belum merasakan itu.

Sebentar lagi usiaku 20 tahun.
Dan dengan setahun usiamu yang lebih dulu dariku,
Aku mau kamu bantu aku.
Mencapai kematangan dalam jalan pikiranku.
Itu saja.
Jauh lebih dari cukup.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar