Jumat, 10 Januari 2014

Kalo gue sama Chika lagi barengan.

jadi kemarin ceritanya gue sama chika lagi nongkrong di McD Salemba. Nah terus, biasa tuh gue sama dia mulai mendramatisir suasana. Kita ceritanya ngebayangin cerita tentang seorang cowok sama cewek yang pacaran.


Jakarta, 15 November 2012.

McDonald's Salemba.
Aku sudah hampir satu jam menunggu Rian disini.
Rian belum juga datang.
Di luar hujan, mungkin jalanan sore ini jadi tambah macet karenanya.
Aku seruput lagi minuman pesananku.

Aku memandang lagi suasana tempat ini.
Nggak bisa di bilang cozy siih.. Tapi semuanya tampak nyaman dengan suasana ini.
Teman-teman yang sedang bercanda seru. Keluarga yang bahagia. Sepasang kekasih yang sedang bermanja.
Aku tersenyum melihat ini.

Dari sudut tangga aku liat Rian datang.
"Udah lama ya, Dek, nunggunya?" tanyanya sambil menyentuh pundakku lembut.
Aku selalu suka Rian. Caranya menyentuhku selalu membuatku tersenyum malu.
"Iya. Mas kok lama?"
Aku memang memanggilnya Mas. Usianya satu tahun lebih tua dibanding aku.

"Kamu kok belum pesen makanan?" tanyanya lagi.
"Aku nunggu Mas, biar makannya bareng."
"Yaudah, Mas beliin makanannya dulu ya, Dek." ujarnya sambil meninggalkan ku.
Dia memang memanggilku, Dek. Dan aku selalu suka ketika dipanggil Dek. Entah kenapa rasanya aman, nyaman dan menenangkan.

Agak lama Rian datang lagi sambil membawa senampan penuh makanan.
Dia sorongkan makanan untukku, lalu dia makan makanan miliknya. Lapar akut mungkin, karena ia begitu lahap.
Aku jadi tak ingin mengganggunya. Padahal ada sesuatu yang ingin aku sampaikan. Sesuatu yang penting buatku.

Tak sampai lama makanan Rian tandas. Sementara aku masih menyungkil-nyungkil makananku.
"Alhamdulillah..." katanya.

"Mas, ada yang mau aku omongin." ujarku ragu-ragu.
"Emmm.. apa?" tanyanya sama ragunya denganku. Dari dulu dia tidak pernah suka jika aku bilang 'ada yang mau aku omongin'.
"Kita kapan mau menikah, Mas?" ku tembak langsung dia dengan pertanyaanku. Raut mukanya langsung berubah.
"Maaf, Mas, aku harus ngomong sekarang dan disini. Mungkin momennya lagi nggak tepat. Tapi aku nggak tau kapan bisa ngomongin ini lagi. Kamu sibuk banget akhir-akhir ini. Aku juga nggak punya waktu banyak. Aku udah terlalu lama nunggu."

Rian hanya terdiam...

Bukan. Aku bukan tipe-tipe wanita married oriented. Aku terpaksa menanyakan hal ini padanya, karena aku sudah muak ditanya terus oleh ibuku. Mungkin desakan ini akan ku tanggapi dengan biasa saja jika ibu tidak sedang sakit parah saat ini.
Biar ku ceritakan dulu tentang kami berdua. Rian ini dulu kakak kelas ku semasa SMA. Dan kami sudah berpacaran sejak aku kelas 2 SMA. Terhitung hingga saat ini sudah enam tahun kami bersama. Keluarga kami sudah saling mengenal satu sama lain. Ibuku bahkan akrab sekali dengan ibunya.
Semenjak lulus SMA, Rian memutuskan untuk kuliah di Jakarta, di UI, kampus impiannya dari dulu. Sementara aku, selesai sekolah aku melanjutkan kuliah diploma di salah satu kampus di kota asal kami, Malang.
Kami lulus kuliah di tahun yang sama. Lalu aku memutuskan untuk merantau ke Jakarta, agar bisa lebih dekat dengannya. Sudah 2 tahun kami hidup di Jakarta. Dan semakin sering ibuku menanyakan kapan kami akan menikah. Aku sudah terlalu muak dengan pertanyaan itu.

"Dek. Kamu sendiri tau kan Mas sekarang lagi gimana?" tanyanya pelan. Takut menyakitiku mungkin.
"Mas baru aja di promosiin. Ini juga lagi akhir tahun. Kerjaan Mas lagi banyak-banyaknya. Mas nggak janji bisa realisasiin itu secepatnya, Dek. Mas masih punya tanggungan Radith. Mas mau dia selesai sekolah dulu baru fokus ke kamu. Mas minta maaf, Dek. Untuk sekarang Mas nggak bisa janjiin lebih buat kamu. Semoga kamu ngerti ya." terangnya.

Aku mengangguk pelan. Kami menghabiskan sisa pertemuan itu dengan diam, hingga ia mengantarku ke kost-an ku.

"Mas sayang kamu."

----

2 bulan setelah pertemuan itu.

"Mas, ibu udah nggak ada." ujarku perih.

Hari itu juga kami berangkat ke Malang dengan pesawat yang secepat mungkin bisa kami dapatkan.
Sesaat setelah pulang dari kuburan, Rian mendekatiku sambil menangis.

"Dek. Mas minta maaf. Mas udah melewatkan banyak kesempatan. Mas udah menyia-nyiakan banyak hal."

___________
tamat


Gue lupa cerita aslinya gimana. Tapi kurang lebih begitu deh.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar