Jumat, 09 Juni 2017

A Woman with Dreams Needs a Man with Visions

Saya lupa pernah baca ini sekilas di mana, kayaknya di instagram seorang teman. Maaf buat temen saya itu kalau saya sampai lupa siapa yang ngepost quote itu sebenarnya, postingannya kalau nggak salah udah lama banget. Saya baca sekilas, tapi memori fotografi saya mampu merekam kata-kata itu (walau mungkin nggak sama persis) sampai sekarang.

Saya hampir 100% setuju dengan pernyataan itu.

Buat saya, memang, seharusnya dua orang tersebut, si perempuan dengan mimpi-mimpinya butuh laki-laki dengan visi-visinya. They will be a dynamic duo! Okelah, rasanya nggak perlu kita bahas urusan perempuan dan laki-laki, atau siapa lebih butuh siapa.
Tapi...

Pernah bayangin nggak sih, kalau kamu punya mimpi. Apa saja lah, asal bukan mimpi basah. Sebut saja, ketika sudah menikah nanti kamu ingin tinggal terpisah dari orangtua masing-masing. Atau, kamu ingin dapat beasiswa entah itu Erasmus atau LPDP dan menjadi bagian dari manusia-manusia diaspora. Atau, bermimpi menjelajahi dunia. Bukankah seru jika itu semua diraih bersama orang-orang yang ingin berjuang? Menjadi support system untuk masing-masing, mengingatkan, menanyakan progress pencapaian, mendengarkan keluhan, atau berpelukan merayakan kesuksesan.

Sekarang, mari bayangkan jika berbalik kejadiannya. Kamu punya mimpi, untuk sama-sama berhasil dalam suatu hal. Tapi, rekanmu itu tidak punya semangat yang sama besar dengan kamu. Atau mungkin ia punya tapi hanya sebatas di kepalanya. Lecutan semangat hanya berhenti di ujung bibirnya.
Kamu tidak akan merasakan euforia yang sama dengan orang yang sama-sama ingin berjuang.

Bete kan ya kalau ternyata supply tidak sesuai dengan demand layaknya prinsip stabilitas. Itulah mengapa saya sangat setuju dengan quote di atas tadi.

Baru-baru ini saya dan seorang teman punya satu misi. Dan ternyata, semakin hari, saya sadar kalau teman saya ini tidak punya keinginan yang sama besarnya seperti saya. Ketika saya ingin melaju, dia bahkan belum berencana untuk melangkah. Sebagai teman, jujur saya kecewa. Kami merancang semuanya berdua, mengucap harap bersama. Tapi, melihat pergerakannya, ini justru menjadi pertaruhan buat saya. Jelas lebih bahagia kalau pada akhirnya saya dan dia berhasil mewujudkan misi kami secara bersamaan. Tapi menunggu dia untuk bergerak, sama saja dengan membuang waktu dan kesempatan saya untuk mendapatkan yang lebih dari apa yang kami harap sebelumnya, atau malah skenario terburuknya kami sama-sama melewatkan kesempatan itu karena sama-sama tidak bergerak.

Inilah yang pada akhirnya membuat saya yakin bahwa ada bersama dengan orang(-orang) yang juga punya mimpi dan cita-cita, buat saya sangat penting untuk menjaga kita untuk tetap ada di jalur yang betul. Menjaga kita supaya tetap berfokus pada satu titik akhir, menopang ketika melemah, menyemangati ketika meragu, dan bersuka cita saat tiba di titik tujuan. Orang dengan mimpi yang sama besarnya denganmu (atau mungkin lebih hebat), akan tau bagaimana rasanya berjuang. Sementara orang yang mimpinya tidak sebesar milikmu, atau malah mungkin tak ada, kontribusinya hanya akan menambah rasa ragu akan kemampuan diri. Itulah sebab pepatah berbunyi, 'jika engkau berkawan dengan tukang minyak wangi, sudah pasti kau tertular baunya. Hal yang sama jika engkau berkawan dengan pandai besi'. Maka, jika kamu punya mimpi-mimpi dan cita-cita yang luar biasa, jangan buang waktumu dengan orang-orang yang biasa. Cari orang yang bisa menyalurkan energi positifnya dan menjadi simbiosis mutualisme yang baik untuk hidupmu. Duh, jangan sampai deh kamu geregetan kayak saya ngeliat si temen saya itu!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar