Rabu, 09 Maret 2011

konsep diri, self awareness, dan self esteem Ayu Khairunnisa

Saya pribadi melihat konsep diri saya adalah saya seseorang yang mandiri. Saya terbiasa untuk tidak bergantung dengan orang lain, namun juga seringkali bingung kalau sedang sendirian. Banyak orang yang bilang kalau saya tomboy, namun saya lebih merasa kalau saya ini orang yang cuek, entah itu dalam penampilan dan pribadi saya sendiri, atau juga dalam melihat penampilan dan pribadi orang lain. Saya juga orang yang keras, dan dalam beberapa kasus saya tidak mau didikte orang lain. Saya sering dianggap pambangkang oleh beberapa orang termasuk oleh orang tua, guru dan kakak kelas. Saya bukan orang yang punya rasa percaya diri yang tinggi, karena entah kenapa saya merasa masih punya banyak kekurangan. Saya bahkan seringkali minder kalau sedang berkumpul dengen orang-orang yang ’lebih’ dari saya. Saya merasa saya punya pemikiran yang sedikit lebih dewasa dibanding teman-teman saya, dan juga saya tidak mau memandang suatu masalah hanya dari satu sisi saja. Namun masalahnya adalah saya bukan orang yang mampu berbicara dengan baik dan lebih suka menyampaikannya lewat tulisan, sehingga sering saya lebih banyak diam walau sebenarnya saya ingin menyampaikan sesuatu. Saya punya banyak teman, tapi tidak benar-benar punya ’teman’. Sejauh ini saya hanya merasa berbasa-basi dengan mereka, dan hanya nyaman dengan sedikit orang. Saya banyak berbicara, namun seringkali itu hanya tameng dari rasa tidak percaya diri saya atau malah sekedar formalitas. Dengan orang yang benar-benar dekat dengan saya, saya malah lebih banyak diam, karena saya merasa dia sudah cukup tau saya, tanpa saya perlu berbicara banyak. Saya juga seorang pembenci yang baik, mudah menyimpulkan kalau saya benci dengan seseorang, namun masih tetap berhubungan baik dengan orang itu. Saya benci dengan orang yang seringkali sok tau dengan saya, pribadi saya, keadaan saya, tapi saya sendiri juga tidak mau memperlihatkan sifat asli saya. Saya sebenarnya rapuh dan seringkali tidak tegaan melihat orang yang kurang dari saya. Saya percaya bahwa agama adalah aspek terpenting dalam hidup, walaupun saya bukan orang yang religius dan lebih liberal. Saya hanya ingin hidup di dalam irisan antara ’dunia dan akhirat’. Saat ini orientasi hidup saya hanya untuk keluarga saya dan saya menjalankannya atas nama Tuhan saya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi konsep diri saya menurut saya lebih banyak berasal dari lingkungan. Cara orang tua saya mendidik saya mungkin bisa jadi faktor terbesar dalam pembentukan konsep diri saya. Sebagai anak sulung, orang tua saya memang ingin saya bisa mandiri dalam segala hal dan lebih banyak tau tentang segala hal. Seringkali saya bahkan merasa saya dipaksa untuk bisa dalam segala hal. Teman-teman saya juga cukup mempengaruhi konsep diri saya, terutama teman-teman yang usianya lebih tua dari saya, mereka jelas mempengaruhi pola pikir saya. Selain itu pengalaman hidup saya juga cukup banyak mempengaruhi konsep hidup saya. Dan yang pasti adalah faktor agama, yang pastinya mempengaruhi konsep diri saya.
Banyak konsep diri saya yang berubah seiring pertambahan usia saya. Saya dulu adalah orang yang sangat kekanak-kanakan, lalu sekarang saya menjadi orang yang cukup mampu berpikir secara dewasa. Dulu saya adalah orang yang punya rasa percaya diri tinggi, tapi sekarang saya seringkali tidak percaya diri.
Dari konsep self-awareness, saya melihat kalau saya lebih termasuk ke dalam kategori hidden self, daripada open self. Banyak hal yang orang lain tidak ketahui tentang saya, entah itu yang bersifat pribadi atau bahkan yang bersifat umum. Saya bahkan yakin, hanya sedikit orang yang tau tanggal lahir saya.
Banyak orang menilai saya cukup memiliki self-esteem yang tinggi, namun saya sendiri merasa self-esteem saya tidak cukup tinggi walaupun saya juga yakin self-esteem saya tidak rendah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar