Minggu, 02 April 2017

Amore.

Jakarta, di kamarku lebih tepatnya. 3.25 am
Aku membujur kaku di kasurku. Bisa kudengar detak jantungku sendiri yang berdetak luar biasa kencang. Dadaku bergemuruh naik turun.
45 menit yang lalu, setan menghampiriku. Membuyarkan sadar dan memerintah otak untuk mencium bibir perempuan itu. Melumatnya hingga ia kesulitan bernafas. Tapi aku tak peduli bahkan jika itu nafas terakhirku.
Terus ku lumat bibirnya, kumainkan lidahnya. Terus turun hingga ke lehernya. Ia wangi dan aku ingin wangi itu untukku.
Ia sudah lepas kontrol dan mulai membalas seranganku.

Kamarnya, 2.34 am
Malam semakin panas.
Aku masih berdiri di balik pintu kamar apartemennya. Menahan ia agar tetap bersandar di pintu itu sementara aku masih menikmati lembut bibirnya. Tanganku mulai aktif bergerak, menyusuri tubuhnya mulai dari perut, pinggang, kemudian menuju dada. Pun mulutku bergerak menuju titik yang sama di antara keduanya. Ia mengerang, dan aku terhentak sadar.

2.35 am
Ku lepas ia sedikit kasar. Nafasku terengah begitu pun dia. Sekilas ku lihat bingung di wajahnya.
Aku tahu ada yang salah. Yang ku lakukan barusan adalah kesalahan.
Ku tinggalkan ia tanpa bicara.
Ke kamar mandi ku basuh muka, memaksa diriku untuk sadar.
Ia masih terdiam berdiri kaku di belakang pintu kamarnya yang kini terbuka.
Ia tidak sedikit pun berbicara. Aku tak berani menatapnya, tapi aku tahu dia menangis tanpa suara.
Tanpa pamit aku pergi. Meninggalkannya menangis sendiri.

3.30 am
Di kasurku aku masih kalut.
Aku mencintai wanita itu dan aku hampir merusaknya.
Aku ingin dia, dan entah mengapa menginginkannya dengan cara seperti itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar