"Aku sampai di bagian bahwa aku telah jatuh cinta
namun orang itu hanya dapat kugapai sebatas punggungnya saja..seseorang yang hadir sekelebat bagai bintang jatuh yang lenyap keluar dari bingkai masa..
sebelum tangan ini sanggup mengejar seseorang yang hanya bisa kukirimi isyarat sehalus udara, langit, awan atau hujan."
Itu tadi kutipan ucapan Al dalam cerita Hanya Isyarat dalam film omnibus Rectoverso. Cerita ini, jadi cerita favorit saya dalam film yang disadur dari novel Dewi Lestari dengan judul yang sama.
Pertama, karena ceritanya hampir sama kayak cerita saya. Kedua, karena saya suka sekali sama Hamish Daud. Ketiga saya juga sama suara Al (oke, nggak penting, tapi saya suka perempuan bersuara berat seperti Al).
Saya, selama ini punya kecenderungan untuk suka dengan laki-laki yang sudah jelas (eh, nggak tau juga sih, tapi sejauh ini selalu begitu) nggak mau sama saya. Walaupun mungkin aja mereka nggak suka sama saya karena itu 'saya', tapi yang lebih pasti sih karena mereka nggak mau pacaran. Terhitung dari 2008 sejak saya putus sama pacar pertama saya, sampai sekarang 2017, saya selalu suka sama laki-laki yang memilih untuk nggak pacaran. Nggak tau kenapa. Kalau kata teman saya sih, perempuan biasanya suka sama cowok-cowok kayak gini karena mereka bikin penasaran dan challenging. Saya juga nggak tau kenapa sih, tapi awalnya saya suka sama cowok-cowok kayak gini karena mereka agamanya baik. Yaaa gini-gini juga saya mau banget diimamin sama laki-laki baik.
Btw, kata temen saya, sebenernya beberapa dari orang yang kayak gini tuh sebenernya munafik. Intinya sih emang belum ketemu orang yang dia suka aja.
Nanti juga kalau udah ketemu, yaa dia deketin juga. Nggak bilang pacaran sih, tapi dideketin kayak orang pacaran, tapi kalo dicengin bilangnya enggak.
Saya sih setuju nggak setuju, soalnya dia bilang kan beberapa, nggak menggeneralisir. Beberapa memang gitu, dan saya juga termasuk orang yang suka ngecengin dan kadang-kadang nyinyir orang-orang yang sok bilang nggak pacaran, tapi chattingan nonstop bahkan telfonan. Tapi yang lain emang saya akui hebat sih, commit buat nggak pacaran dan melalui proses taaruf yang HQQ. Misalnya, yang pakai perantara dilamar sama keluarga atau ustadz/guru mereka, yang walaupun belum kenal, mereka percaya akan konsep jodoh, dan lebih percaya akan takdir Tuhan daripada 'usaha' manusia.
Umm.. Sebenernya saya juga nggak tau kalau laki-laki yang selama ini saya suka itu termasuk dari golongan yang pertama atau yang kedua dari yang saya sebut barusan. Tapi intinya saya nganggep mereka 'baik'.
Kata temen saya, saya seharusnya jujur dan bilang ke laki-laki yang saya suka itu kalau saya suka sama dia. Toh, alasannya logis, dan memang suka yang bukan semata jatuh cinta.
Tapi, siapa yang mau menyatakan cinta yang jelas-jelas nggak dibalas, saya bilang. Si temen saya itu justru nanya balik, tau darimana nggak dibalas. Ya kan keliatan yaaa orang tertarik atau enggak. Lagian nih kalau saya liat-liat, kayaknya si laki-laki yang saya suka ini ngeliat saya dari sisi yang lain, yang nggak memungkinkan dia buat naksir balik sama saya.
Selain itu, walaupun saya selalu suka sama laki-laki kayak gini, tapi saya sampai sekarang juga sadar, saya belum bisa ada di level cewek-cewek yang mungkin disuka sama cowok ini. Saya suka minder. Mana mau dia sama perempuan hina, nista macam saya. Oke, lebay sih. Tapi kadang suka kepikiran gitu juga. 😂
Nah selain itu. Karena saya suka sama cowok ini karena mereka cenderung paham dan menjalankan apa-apa yang mereka yakini, saya justru jadi suka sama mereka karena mereka istiqomah ngejalaninnya. Saya justru kecewa dan nggak suka, kalau mereka termasuk jadi bagian orang-orang 'munafik' tadi, bahkan mungkin termasuk jika itu sama saya. Makanya saya lebih milih buat 'lihat dari jauh'.
Jodoh syukur, nggak jodoh yaudah. Nasib.
Cetek banget nggak sih pemikiran saya? Kadang saya suka ngerasa ini absurd dan nggak penting. Tapi gimana dong?
Mengenai punggung, saya jadi ingat, laki-laki yang saya suka saat ini, justru saya suka saat pertama kali melihat dia yang kebetulan saya lihat punggungnya.
Dan kebetulan lagi, si laki-laki ini juga penganut paham anti pacaran karena agama. Sedih nggak sih.