Sayonara

Notifikasi dari Slack yang terhubung ke Google Calendar berbunyi, mengingatkan bahwa sepuluh menit lagi meeting mingguan tim akan dimulai. Dan entah kenapa, hari ini gue skip banget sama meeting itu. Gue bahkan belum nyalain laptop, dan malah baru selesai mandi dan mencuci baju.

Shock dengan reminder ini, gue langsung buru-buru bersiap dan memutuskan buat masuk duluan ke room tepat dua menit sebelum meeting dimulai.

Dia sudah ada di sana lebih dulu, ternyata. Sebut aja namanya Diaz. Orang yang tepat setahun ini jadi partner kerja, dan partner curhat selingan gue selama kerja. Kira-kira tiga hari yang lalu, gue kirim chat 'I hate you' ke Diaz sebagai respon atas pengiriman surat pengunduran diri resminya ke bos, yang kebetulan di-carbon copy ke gue sebagai peer. Dan sejak chat itu, gue berusaha untuk tidak berbicara sama Diaz untuk hal apapun. Hal absurd yang gue lakukan karena:

1. Perbincangan mengenai Diaz yang mau resign sudah jauh hari kami lakukan, jadi seharusnya chat 'I hate you' itu tidak perlu, dan gue ga seharusnya sekaget itu, dan

2. Ya, kenapa harus nggak mau ngobrol lagiiii?!?!

Entah kenapa, tapi bingung rasanya mau memulai pembicaraan. Padahal idealnya, seharusnya banyak hal yang harusnya kita share dan bicarakan. Kurang dari sebulan lagi Diaz akan pergi dari tim kami. Dan secara teknis, seharusnya kami berdua sudah menyiapkan proses handover - yang tentu aja harusnya dioper ke gue - untuk pekerjaan-pekerjaan yang selama ini dia pegang.

Tapi sejak terakhir kali mengirim 'I hate you' itu, entah kenapa belum ada pembicaraan sama sekali sama Diaz. Bahkan di group whatsapp kerja. Kenapa, ya? Gue juga bingung. Apa diri ini lagi mempersiapkan kalau nanti dia benar-benar sudah pergi? Tapi, buat apa? Toh, Diaz juga pernah bilang, situasinya tidak akan jauh berbeda dengan atau tanpa dia, seharusnya. Terus, kenapa begini, ya?

Diaz akhirnya memecah kesunyian call itu. Berbasa-basi menanyakan satu dan lain hal. Gue jawab sekenanya aja, sambil memfokuskan diri mengerjakan hal lain, yang kurasa cukup membantu untuk mengalihkan pertanyaan-pertanyaan di kepala gue saat itu. Tapi terus hening lagi.

"Btw, gue balikan akhirnya..." Katanya.

And it hit me. Out of nowhere.

Tapi kenapa harus hit me, ya? Bahkan jari gue yang daritadi sibuk ngetik ikutan berhenti. Then, milliseconds of awkwardness comes.

"Haha.. Ga penting, ya?" Katanya lagi.

"Ya, kan expected." Jawabku asal.

Iya. Bukannya sebelumnya sudah pernah gue tebak ya hasil dari cerita dia selama ini? Dan bukannya ide buat dia balikan sama mantannya itu sendiri, justru datangnya dari gue? Kalau, iya, lantas kenapa harus hit me dong?

XXX has join the meeting

Mas X, superior kami join, dan sukses nyelametin gue atas awkwardness yang terjadi ini - yang kayaknya gue bikin bikin sendiri dan cuma gue aja yang ngerasa, deh-. Informasi soal dia resmi balikan dengan mantannya pun berhenti, berganti dengan sharing progress kondisi tim dan pekerjaan kami di minggu itu.

Mic gue mute. Kepala ini ga bisa di-mute.

Kenapa harus kaget?

Apa karena......

Please, jangan dong.

Gue udah capek patah hati.

playlist

Why can't we be together when we share similar spotify playlist?

a Saturday Well Spent di Kebun Raya Bogor

Setelah hidup bagaikan sloth selama beberapa bulan, keinginan buat berkegiatan di akhir pekan sungguh membuncah di diri gue. Setelah mengkurasi beberapa teman yang memungkinkan buat diajak cabut, akhirnya muncul nama Yayas & Dita, temen-temen kosan Nefila buat nemenin kerandoman gue jalan-jalan ke Kebun Raya Bogor.

Random seperti biasa, karena ide buat ke Kebun Raya Bogor ini baru muncul H-1 sebelum kita berangkat. Sebenarnya keinginan buat pergi ke KRB ini udah muncul dari lama, termasuk keinginan buat piknik juga di sana. Tapi belum kesampaian juga, sampai akhirnya Yayas sama Dita mau diajak ke sana. Bukan buat piknik, sih, cuma jalan-jalan aja, ceritanya yang penting menghirup udara segar lah.

Malam sebelumnya, gue sama Yayas sama Ndit berencana buat jalan pagi-pagi banget biar sepi dan ga terlalu banyak berinteraksi sama orang lain. Tapi seperti yang bisa ditebak, mundur. Rencana jalan jam 6 dan selesai jam 9, ternyata kami baru ketemuan di TKP sekitar jam setengah 9. Walau udah lumayan agak panas, tapi bukan berarti kita akhirnya ga enjoy. Ternyata seru banget jalan-jalan di kawasan hijau luas kayak Kebun Raya gitu, ya. Seger aja gitu, rasanya. Pantesan lahan terbuka hijau itu dianggap penting ya, buat hajat hidup masyarakat.

Seru ga sih, ngeliat ini? Ngebayangin jalanan komplek rumah kayak gini, kayaknya kualitas hidup gue bakal meningkat deh. Aspal mulus, rumput & tanaman tertata rapih, pohon-pohon besar. Ditambah gunung sebagai latar pemandangan. Ih, menyenangkan ga sih?

Pagi itu suasana di KRB nggak begitu ramai, tapi nggak bisa dibilang sepi juga. Sebagian orang ada yang buka masker, mungkin karena kangen menghirup udara bebas dan banyak, tapi sebagian tetap disiplin pakai masker walau di lingkungan outdoor. Karena ngerasa itu di lingkungan outdoor, gue sendiri juga ga begitu ngerasa worry sih, dan ada beberapa kali gue lepas masker karena emang kangen juga ya jalan nggak pakai masker, terutama di jalan yang sepi pengunjung, kayak waktu kita ada di kawasan pohon jodoh. Di sini pengunjung nggak sebanyak di kawasan utama yang deket restoran sama deket Istana Bogor, jadi gue bisa leluasa buka masker dan bernafas bebas.

Foto di pohon jodoh, yang bikin gue ngerasa udah makin tua jadi kayak ibu ibu yang suka foto di tempat iconic instead of tempat yang aesthetic. Ganti-gantian bertiga saling motoin, fix udah kayak ibu-ibu deh! Plus group selfie. Makin fix ga tuh?

personel random trip ayunnisa kali ini

Sayang banget pas kemarin ke KRB, ada beberapa spot yang lagi ditutup karena kayaknya KRB lagi persiapan untuk dibuka juga di malam hari. Gatau sih, sotoy gue aja, karena ada tulisan glow glow gitu haha. Dan kayak mau bikin semacam aquatic park gitu kalau ga salah, yang karena ini ada satu spot yang gue pengen liat dan pengen foto di situ, tapi nggak bisa karena lagi ditutup.

Tapi ke KRB nggak lengkap rasanya kalau ga mampir liat Istana Bogor, kayak spot foto buat bukti shahih lo ke KRB ya harus foto depan Istana. Jadi walaupun jauh, tetep kita mampir ke Istana Bogor, dan nemu tugu memori yang iconic ini, yang bikin gue inget waktu study tour kelas 1 SMP dulu.

Di kawasan ini rame banget, karena ada stall yang jual makanan ringan gitu dan ada loket penyewaan sepeda dan (kayaknya) penyewaan buggy car. Kita bertiga sempet minum jamu, yang dijual ibu-ibu di deket tugu monumen ini.

Btw, kawasan ini menurut gue lebih seru dari kawasan lain di KRB ini. Mungkin karena ada danau di tengah-tengah, jadi seger aja gitu siang-siang. Dan pas foto di sini, gue bisa ngebayangin diri ini lagi jalan-jalan di satu taman di Singapur, atau mungkin di Hongkong, atau di Australis, karena rapih banget. Bayangin aja dulu....

Monumen yang terkenal di Kebun Raya Bogor

lagi ngebayangin ini adalah satu taman di Singapur, atau di Australi atau di Hongkong

lagi ada yang bikin birthday party gitu~ seru banget

the iconic Istana Presiden Bogor, gatau deh Pak Jokowi lagi di situ atau engga

tidak pernah lupa untuk jajan~

kawasan utama KRB yang seru banget buat piknik dan berjemur

BTW, gue sendiri ga begitu inget sih kapan tepatnya gue ke KRB ini, tapi yang jelas sebelum PPKM dan ga ada penyekatan sama sekali di wilayah Bogor. Saran gue kalau mau ke sini emang kayaknya lebih enak pagi-pagi sekali, supaya masih belum begitu banyak orang dan udara mungkin juga masih lebih segar.

Terus kemarin gue parkir di mall di seberang salah satu pintu masuk KRB, kalau ga salah Lippo atau apaaa gitu. Parkir mobil di gedung parkirnya (jauh ngerasa lebih aman dibanding harus parkir di pinggir jalan, tapi kalau mau juga bisa parkir di pinggir jalan sebelah mall itu), dan ga ngerti kenapa biaya parkirnya gratis gitu, mungkin ada occasion khusus pas gue ke sana kemarin.

Habis parkir, gue tinggal nyebrang aja udah masuk ke KRB, dan tiket udah gue beli online duluan sebelumnya di https://tiketkebunraya.id/ticket/shop/1. Eh titip Dita yang beli, sih. Sengaja milih buat beli online biar ga ribet atau kemungkinan antre di loket. Kalau udah beli duluan, kita tinggal scan barcode-nya aja jadi gampang banget.

Keliling-keliling KRB, tanpa acara piknik piknik lucu makan waktu sekitar satu jam lebih lah. Sayang banget ada beberapa spot yang ditutup, tapi jadi bikin penasaran nanti hasilnya kayak gimana. Impresi gue setelah sekian lama nggak ke KRB ini, jadi bagus banget sih. Rapih banget gitu, dan bersih. Pengen banget suatu saat ke sini lagi dan nyobain piknik lucu. Eh tapi kayaknya Kebun Raya Cibodas juga lucu deh. Kayaknya kalau PPKM udah ditiadakan, gue bakal ambil cuti di hari kerja dan mau piknik lucu di Kebun Raya Cibodas, deh. Siapa lagi ya, yang bisa diajak random gitu?

Jajan lagi pas mau balik